Dipaksa Percaya

img
Agung Sutrisno wartawan Harianmomentum.com

MOMENTUM, Krui Selatan--Lelah dan kesal. Begitu yang kurasakan malam itu. Lelah karena dari pagi hingga sore, aku hampir tak jeda menyambangi sejumlah nara sumber, untuk konfirmasi data berita. Teriknya matahari ditambah kondisi berpuasa, membuatku terus berpeluh sepanjang siang tadi.

Kesal karena, malam itu aku gagal mengisi BBM, untuk sepeda motorku. Petugas SPBU 23.345.09 di Pekon/Desa Lintik, Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat menolak untuk mengisi tangki sepeda motorku dengan BBM jenis premium alias bensin. 

Dalihnya, bensin habis. Spontan aku protes. Saat itu, aku lihat salah satu rekan petugas SPBU yang mengatakan bensin habis, justru sedang mengisi bensin ke sejumlah drigen. "Itu bensin ada, ngecor dirigen," kataku protes.

"O, itu khusus untuk kelompok nelayan. Bensin untuk umum, stoknya sudah habis," jawab si petugas dengan santai.

Tadinya sih, aku masih mau melancarkan protes lanjutan ke si petugas SPBU itu. Tapi aku urungkan. Percuma debat denganya. Dapat bensin nggak, malahan bisa-bisa ribut.

Kejadian seperti itu bukan yang pertama terjadi dan bukan hanya aku yang mengalami.

Menurut warga setempat, hampir setiap hari stok bensin untuk umum di SPBU Lintik, selalu habis di bawah pukul 12.00 WIB. Padahal, setiap tengah malam pengecoran bensin ke drigen terus berjalan.

"Kalau tengah malam selalu ada yang ngecor drigen. Pagi kosong. Kalau pun ada, di bawah jam 12 sudah habis," tutur warga setempat.

Informasi yang kudapat, setiap hari, SPBU 23.345.09 di Pekon/Desa Lintik mendapat jatah, delapan ribu liter bensin. Dari total jatah tersebut, hanya dua ribu liter yang didistribusikan untuk kendaraan umum. Selebihnya didistribusikan untuk 17 kelompok nelayan.

Belasan kelompok nelayan itu, mendapatkan rekomendasi dari Dinas Perikanan Kabupaten Pesisir Barat, untuk membeli BBM bersubsidi itu dari SPBU Pekon Lintik.

Diduga, kebutuhan bensin 17 kelompok nelayan tersebut tidak sampai enam ribu liter setiap hari.

Sejumlah nelayan juga mengaku, tidak pernah mendapatkan bensin dari SPBU Lintik.

"Sejak POM Bensin itu berdiri, kami belum pernah beli bensin di situ. Abis terus. Jadi beli di pengecer," kata seorang nelayan dibenarkan beberapa rekanya.

Dengan keterangan tersebut, aku semakin curiga ada permainan dibalik kondisi yang terus terjadi.

Aku muter-muter lagi. Tanya sana, tanya sini, cari informasi soal stok bensin yang selalu habis. Ya, itung-itung sambil nunggu saur. Akhirnya dapat juga. Salah satu sumber menyebut, tidak semua jatah bensin untuk nelayan didistribusikan sesuai peruntukan. Begitu juga dengan jatah bensin untuk umum.

"Ay, Lintik lagi. Dari dulu alasan pak nelayan. Dulu aku Lidik tahun 2017," kata sumber itu mengawali ceritanya.

Menurut dia, sebagian jatah bensin untuk nelayan dan umum, justru dijual ke pengecer. Itu kenapa, stok bensin umum selalu habis di bawah pukul 12.00 WIB, tapi ngecor drigen tetap jalan. Dalihnya, jatah nelayan. 

Sejumlah oknum aparat terkait, diduga dapat jatah, agar praktik merugikan masyarakat itu tetap berjalan lancar dan aman.

Masyarakat dipaksa percaya dengan aturan (rekomendasi BBM untuk nelayan) dan otoritas oknum aparat, untuk membenarkan praktik curang, ketimbang fakta yang sebenarnya. Tabik pun...(**)






Editor: Harian Momentum





Berita Terkait

Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos